Indahnya Bangka Belitung

Indahnya Bangka Belitung

Jumat, 30 September 2016

Wisata Alam di Hutan Lindung Namang - Hutan Pelawan

Hutan Pelawan
Cukup lama saya dan keluarga mendengar akan keindahan Hutan Pelawan. Namun baru pada kesempatan kali ini tanggal Minggu, 25 September 2016 saya dan keluarga kecilku berkesempatan mengunjungi Hutan Pelawan ini. Walaupun pada awalnya tujuan utama kami bukanlah kesini, melainkan ke acara pernikahan teman kami di Desa Kulur Koba. Namun karena masih ada waktu setelah mengunjungi resepsi tersebut, maka kami putuskan untuk melihat Hutan Pelawan yang sudah tidak asing lagi khususnya di pulau Bangka. Walaupun ada sedikit kekhawatiran, karena menurut dari beberapa teman, akses jalan di "Jembatan Merah" yang menjadi salah satu icon di Hutan Pelawan ini masih rusak (dalam perbaikan). Tapi dengan semangat yang tinggi, kami tetap menuju ke Hutan Pelawan tersebut walaupun masih menggunakan baju Batik dari kondangan tadi.
Kami memang tidak tahu persis dimana lokasi (jalan masuk) hutan wisata ini. Cuma sudah punya "ancer-ancer" kira-kira dimana masuknya. Jadi sambil membeli gorengan, istri menanyakan ke abang yang jual tersebut, dimana lokasi jalan amsuk ke Hutan Pelawan. Ternyata arah kami tepat, tinggal + 4 km lagi kata abang tersebut. Jadi bagi anda yang belum tahu lokasi ini, ketika anda dari arah Pangkalpinang sudah ketemu simpang yang menuju arah simpang katis dan ke koba (ada tugu di tengah jalan) maka anda dapat mencari informasi di sini. Atau anda dapat mencari Plang Nama Jalan "PELAWAN 2"

Berikut ini adalah cerita dan beberapa foto dari Hutan Pelawan yang kami kunjungi tersebut. Sumber tulisan dan beberapa foto ini saya ambil dari beberapa sumber yang menceritakan tentang Hutan Pelawan.


Wisata Bangka di Hutan Pelawan Namang Kabupaten Bangka Tengah - Bangka Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara resmi Kabupaten Bangka Tengah terbentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Bersama dengan itu pembentukan Kabupaten Bangka Tengah, terbentuk pula Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur.

Kabupaten Bangka Tengah memiliki 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Koba, Lubuk Besar, Pangkalan Baru, Desa Namang, Sungai Selan, Simpang Katis dengan total penduduk menurut data wikipedia ada 161.234 jiwa mungkin data ini akan mengalami perkembangan.

Pada Kecamatan Namang terdapat objek wisata alam yang dikelola oleh masyarakat sekitarnya. Kawasan hutan lindung tersebut luasnya hingga mencapai 152,4 Hektar (Ha) merupakan kawasan wisata alam sekaligus akan menjadi paru -paru udara khususnya pada Kabupaten Bangka Tengah.

Berbagai macam tumbuhan, serangga, kayu dan masih banyak lagi yang terdapat pada kawasan hutan lindung namang. Dalam kunjungan saya sendiri ke Hutan Lindung Namang tersebut, terdapat berbagai macam jenis pepohonan yang tumbuh dalam hutan tersebut. Tidak hanya pohon saja yang tumbuh lebat disana, berbagai kehidupan satwa, aneka spesies serangga, hewan seperti monyet pun terdapat disana.

foto Sawah di Namang (http://visitbangkabelitung.com)
Sebelum anda memasuki kawasan hutan lindung ini, mata anda akan dihiasi hamparan tumbuhan padi yang membentang. Sayangnya ketika kami melewati daerah ini hamparan padi menguningnya tidak ada lagi karena baru selesai di panen. Seandainya kami dapat melihat keindahan hamparan tanaman padi ini....Setelah hamparan hijau padi, selanjutnya anda akan melihat tanaman lada putih (sahang) yang tumbuh subur, yang memang pada saat ini masih menjadi salah satu tanaman yang banyak ditanam oleh masyarakat di Bangka karena harga komoditasnya yang sangat menjanjikan.
 
Seperti yang disampaikan oleh abang penjual gorengan tadi, ternyata masuk ke daerah ini sekitar 6 KM, dan setelah melihat ini, maka hanya kalimat syukur lah yang bisa terucap. Benar-benar kawasan yang indah. Hawa sejuk, rindangnya pohon dan senyum masyarakat menjadi salam pembuka buat kami yang datang sore itu.

Hutan Pelawan yang merupakan hutan rawa ini ditumbuhi berbagai jenis pohon, namun yang paling menonjol adalah banyaknya pohon-pohon pelawan. Pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) dengan batangnya berwarna merah, merupakan salah satu spesies dari famili Myrtaceae. Dulu kayu Pelawan ini dimanfaatkan masyarakat Pulau Bangka sebagai bahan bangunan, bahan pembuat kapal, ajir perkebunan lada, dan kayu api.


Berikut adalah jenis kayu yang tumbuh di Hutan Pelawan tersebut dari hasil dari survei dilokasi :
Pohon Pelawan Merah foto:visitbangkabelitung.com
  1. Kayu Pelawan (Tristania Elerata)
  2. Kayu Mengketan (Peternandra)
  3. Kayu Palempang Hitam (Adinandra Dumesa)
  4. Kayu Betur (Calephyilum)
  5. Kayu Sisil (Eugenia)
  6. Kayu Menbreribung
  7. Kayu Mentangur (Calephyilum Pulcherimum)
  8. Kayu Mesirak
  9. Kayu Idagrastoxylon
  10. Kayu Leting (Payena)
  11. Kayu Qabal (Quercus)
  12. Kayu Mahala
  13. Kayu Resak
  14. Kayu Merapin (Rodamnia Cinereajack)
dan masih banyak jenis tanaman-tanaman lain yang tumbuh subur di daerah ini.
 
Sarang Lebah Madu Pelawan
Setelah memasuki pintu masuk hutan pelawan, dan kira - kira 10 meter dari pintu masuk anda akan menjumpai sarang lebah madu pelawan yang begitu besarnya.

Terdapat tulisan no smoking area yang bertujuan untuk mengingatkan pengunjung. Karena lebah madu tidak suka dengan asap apalagi asap rokok
"KEHADIRAN ANDA KERAMAHAN KAMI, KEJAHILAN ANDA KEMARAHAN KAMI" ini rambu - rambu yang tertulis pada area lebah madu pelawan. tentunya kalau tidak ingin kena serangan madu ini maka kita harus mematuhi rambu-rambu ini.

Selanjutnya ada beberapa rambu - rambu yang harus anda patuhi untuk menjaga kelestarian hutan tersebut

Foto: Akhyari Hananto (http://www.mongabay.co.id)
Untuk menelusuri hutan ini sudah terdapat fasilitas jalan setapak, jembatan dan fasilitas lainnya. hal itu untuk mempermudah wisatawaan untuk menikmati kendahan alam dihutan tersebut. Secara infrastruktur, hutan lindung yang juga menjadi tujuan wisata ini sudah cukup baik. Pengunjung dimanjakan dengan jalan setapak berpaving dan jembatan kayu berwarna merah menyala, kontras dengan kegelapan hutan, apalagi jika cuaca mendung. Memang waktu saya kesini, ada beberapa papan pijakan jembatan yang masih dalam perbaikan (penggantian). Jembatan ini merupakan tempat yang paling sering dijadikan temat pengunjung "selfie" / foto dokumnetasi. Tidak ketinggalan saya dan keluarga pun ikut mengabadikan keindahan tempat ini.


Aliran Air di Hutan Pelawan
Sepanjang jalan mengikuti jembatan ini, banyak aliran-aliran sungai kecil yang mungkin dikarenakan beberapa hari ini di Bangka sudah mulai turun hujan. Nampak ikan-ikan kecil bermain didalam air. Melihat jernihnya air tersebut, maka mencoba untuk mencuci muka. brrrr...dinggiiiiiinnnnn

Bukan hanya kawasan wisata saja yang ditawarkan oleh wisatawan. Hutan lindung yang terdapat di kecamatan namang adalah sebagai bentuk pelestarian lingkungan yang harus kita jaga bersama dan langkah ini haruslah diajarkan kepada generasi selanjutnya, yang mana hutan lindung ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran alam.

Objek wisata Hutan Pelawan Namang juga satu-satunya wisata alam yang ada di Bangka Belitung, dengan ikonnya utamanya kayu Pelawan, madu pahit khas Pelawan yang berkhasiat, madu manis alam, kulat (jamur) Pelawan.

Ditambahkan objek wisata hutan pelawan Namang ini dipadukan pula dengan objek wisata agro pertanian yang mengembangkan berbagai varietas sayur mayur, buah-buahan khas daerah Bateng, padi yang menghasilkan beras merah dan lainnya.

Bunga pohon pelawan adalah sumber nektar bagi lebah hutan. Rasa madu pelawan sangat khas, agak pahit. Namun, setelah madu ditelan, rasa pahit itu hilang. Rasa pahit itu karena kandungan alkaloid yang merupakan bahan obat antara lain berkhasiat sebagai antiinfeksi sehingga manjur menjaga kekebalan tubuh dan mengatasi beragam penyakit. Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa madu pelawan telah dikembangkan pula oleh kelompok usaha produktif di kawasan hutan lindung. 
 
Salah satu pintu masuk/keluar

Pembudidayaan jamur pelawan yang tumbuh subur dapat menjadi salah satu potensi kekayaan alam dan wisata hutan di Desa Namang sehingga serbuk bunga jamur pelawan yang diserap oleh lebah dapat menghasilkan madu pahit yang menjadi madu khas Bangka Tengah. Lebah hanya terbang dari sarang mencari nektar, polen, propolis, dan air. Itulah sebabnya, madu pelawan sangat istimewa dibanding madu-madu jenis lain.

Musim panen untuk madu pelawan di kawasan hutan kalong kemungkinan besar adalah pada bulan September, Oktober, November sampai Desember saat pergantian musim, tepatnya awal bulan September karena jamur pelawan akan sangat banyak tumbuh di kawasan hutan Kalong.

Jamur yang tumbuh di sekitar pohon Pelawan. Foto : skalanews

Pakai Batik, tidak jadi masalah.....

sumber : 
beberapa / sebagian teks di ambil dari sumber-sumber sbb :
https://zonabangkabelitung.blogspot.co.id
http://visitbangkabelitung.com
http://www.mongabay.co.id 

Kamis, 22 September 2016

Wisata Air Pha Kak Liang

Pintu Gerbang Pha Kak Liang
Selain 'Pulau Sejuta Pantai', Bangka juga terkenal dengan julukan 'Pulau Seribu Kelenteng'. Pha Kak Liang misalnya, terletak di atas lubang bekas tambang.
Sebelum mendarat di Bandar Udara Depati Amir di Pangkalpinang, para pelancong biasanya disajikan dengan pemandangan 'tak sedap' yakni tanah menganga bekas galian tambang timah yang terbengkalai. Orang di Pulau Bangka menyebutnya 'kolong'. Lubang-lubang bekas galian tersebut berisi air berwarna hijau, biru, atau campuran antara keduanya.
Nah, di utara Pulau Bangka, tepatnya di daerah kota tua Belinyu, ada lahan bekas tambang yang disulap menjadi sebuah kelenteng. Adalah Pha Kak Liang, nama kelenteng bergaya Tiongkok yang sekarang menjadi salah satu destinasi wisata di Bangka Utara. 
Pha Kak Liang bisa dijadikan sebagai salah satu destinasi alternatif bila hendak berlibur ke Pulau Bangka, selain pantai yang memang bertebaran di setiap sudut pulau penghasil lada ini. Bentuk bangunan yang unik, menyerupai bangunan ala Tiongkok, membuat Pha Kak Liang tampak berbeda dengan kelenteng lain pada lazimnya. Berada di lokasi wisata ini, nuansa Tiongkok memang kental terasa. Hanya saja, jangan salah, ini asli di Pulau Bangka.
Pha Kak Liang terletak di Desa Kuto Panji, Kecamatan Belinyu. Letaknya sekitar 2 kilometer dari pusat kota kecil Belinyu, atau sekitar 50 kilometer dari Sungailiat, ibukota Kabupaten Bangka (Induk) yang berjarah sekitar 40 kilometer dari Pangkalpinang.

Selain bentuknya yang unik karena menyerupai bangunan yang ada di Negeri Tirai Bambu, daya tarik taman wisata ini adalah ikan air tawar ukuran raksasa yang bisa dilihat di bawah kelenteng. Sayangnya, musim kemarau panjang di penghujung tahun 2015 lalu, membuat banyak ikan mati akibat air yang mengering. Sekarang, pihak Pha Kak Liang berencana memperbaiki salah satu destinasi andalan wisata Pulau Bangka ini.
Memberi makan ikan menjadi daya tarik wisata di pha kak liang
Di Pulau Bangka, Belinyu merupakan salah satu daerah yang dihuni oleh begitu banyak warga etnis Tionghoa. Tak heran, di kota kecil yang terkenal dengan otak-otak ini berdiri punya banyak tempat ibadah umat Kong Hu Cu. Sekalipun demikian, masyarakat disini hidup saling berdampingan, termasuk dengan masyarakat Melayu yang tak lain merupakan penduduk mayoritas di Pulau Bangka. Tak heran, Pulau Bangka disebut-sebut sebagai salah satu contoh baik dalam hal kerukunan umat beragama di Indonesia. Semoga hal ini tetap berlangsung sampai kapan pun.
Sebagai bentuk keseriusan dalam mengembangkan sektor pariwisata, Pemerintah Kabupaten Bangka (Induk) sudah menyiapkan dana sebesar Rp 3,5 miliar untuk melapisi jalan menuru Pha Kak Liang dengan aspal hotmix. Selama ini, wisatawan yang ingin menyaksikan keunikan Pha Kak Liang,harus melewati jalan yang masih berupa tanah merah.
Padahal, Pha Kak Liang merupakan salah satu objek wisatan andalan di bagian utara Pulau Bangka yang menarik banyak wisatawan untuk datang. Semoga langkah Pemerintah Kabupaten Bangka (Induk) ini diikuti oleh daerah lain di Indonesia, terutama di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, demi pariwisata Indonesia yang lebih baik.

sumber : http://travel.detik.com

BENTENG KUTO PANJI BELINYU (Cerita Lain)

Pada abad ke-18, hiduplah seorang laki-Iaki yang gagah perkasa bernama Kapten Kong. Ia tinggal di tepi sungai Panji di bagian utara Belinyu. Pada masa itu, atas perintah Sultan Palembang, Kapten Kong mendirikan sebuah benteng yang diberi nama Benteng Kuto Panji. Benteng ini merupakan bandar atau pelabuhan bagi kapal-kapal yang berlayar mengangkut barang-barang perniagaan atau hasil bumi berupa lada dan getah. Juga sekaligus tempat peleburan timah yang banyak membawa kemakmuran bagi kehidupan masyarakat. Kapten Kong memiliki seorang putri yang cantik bernama A Ho. Parasnya benar-benar rupawan meskipun matanya agak sedikit sipit. Tutur katanya lemah lembut dan pandai sekali memasak. A Ho mempunyai banyak teman dan tidak terbatas di sekitar tempat tinggalnya saja. Ini tidak mengherankan karena A Ho memang ramah. Pada suatu hari, A Ho sakit keras. Hal ini menyebabkan Kapten Kong bersusah hati .

Karena kehabisan akal untuk manyembuhkan putrinya, Kapten Kong menyiarkan berita bahwa siapa yang sanggup menyembuhkan putrinya. Jika laki-laki akan dinikahkannya dengan putrinya. Jika perempuan, ia akan diangkat menjadi saudara A Ho. Berminat untuk mempersunting A Ho, banyak pemuda berusaha menjadi tabib untuk mengobati A Ho. Tak sedikit pula tabib sungguhan yang datang untuk membantu Kapten Kong menyembuhkan putrinya. Namun, tak satu pun yang berhasil. Kapten Kong semakin bersedih hati. Apalagi makin lama tubuh putrinya semakin lemah dan kurus. Kapten Kong, putri Tuan menderita penyakit balak. Jadi, harus diasingkan ke tempat lain yang jauh dari sini, kata salah seorang tabib kepada Kapten Kong. "Tidak mungkin! Itu hal yang sangat mustahil," ujar Kapten Kong. "Tetapi Tuan, kalau putri Tuan tetap berada di rumah ini akan dapat menular penyakitnya kepada orang sekampung," sambung tabib itu. Sejenak Kapten Kong terdiam. Dipandanginya wajah putrinya yang pucat. Tak tega rasanya untuk membawa putri yang sangat dicintainya itu ke sebuah puncak bukit untuk diasingkan. A Ho sejak kecil sudah tak beribu lagi.

Kapten Kong tetap pada keyakinannya, menolak usul si tabib. Lalu suasana menjadi hening. Kapten Kong tak beranjak dari sisi putrinya. "Papa, biarkanlah A Ho pergi dari rumah. Bawalah A Ho, Papa," tiba-tiba A Ho barkata dengan suara yang lemah. Kapten Kong terkejut. Dirabanya dahi putrinya. Terasa panas dan di sekujur tubuhnya timbul bercak-bercak merah. "Tidak, tidak anakku! Papa akan berusaha mencari obat, sabarlah," bujuk Kapten Kong. Dibasahinya rambut putrinya dengan air agar panas tubuh yang tinggi itu sedikit mereda. Hatinya amat sedih. Sudah lama tak mendengar A Ho menyanyi lagi. Teman-teman akrab A Ho kini seakan menjauh sejak tersebar berita A Ho sakit. Kapten Kong menatap wajah putrinya yang mulai agak tenang. Matanya terkatup rapat. Di wajah putrinya, Kapten Kong melihat sebuah wajah yang lain, yaitu ibu A Ho yang telah tiada. Memang paras putrinya sangat mirip dengan istrinya. Ah, jika istrinya masih hidup, tentu A Ho akan merasa lebih terhibur.

Kabar tentang sakitnya A Ho terdengar juga oleh Haji Amirudin, seorang tokoh ulama di desa Kuto Panji. Dia datang ke rumah Kaptan Kong, melihat keadaan A Ho. Haji Amirudin akhirnya mengutarakan maksudnya untuk menolong menyembuhkan A Ho. Kepandaian Haji Amirudin mengobati orang sakit sudah terkenal. Karena itu, ketika Kapten Kong mendengar pernyataan Haji Amirudin untuk mengobati putrinya, ada keraguan yang timbul di hatinya. Beberapa hari yang lalu, Kapten Kong lelah menyebarkan berita: siapa yang dapat mengobati putrinya, jika laki-laki akan dijadikan suami A Ho dan jika wanita akan diangkat sebagai saudara. Kali ini seorang laki-laki tua yang mengaku dapat mengobati putrinya. Lalu tiba-tiba terlintas dalam pikiran Kapten Kong, kalau saja A Ho sembuh tentu akan bersanding dengan putrinya sesuai dengan janjinya. Tidak mungkin janji itu akan dimungkirinya. Sebagai seorang satria, pantang menjilat ludah yang telah dimuntahkan. Akan tetapi, apakah pantas putrinya A Ho yang muda dan cantik itu akan berdampingan dengan laki-laki tua itu? Agaknya pikiran Kapten Kong dapat dibaca oleh Haji Amirudin. Setelah diam beberapa saat, Haji Amirudin berkata,"Kapten Kong, penyakit putri Tuan sudah sangat parah. Meski begitu, saya masih sanggup mengobati asalkan Tuan memenuhi persyaratan yang saya ajukan."

Syarat apa lagi Pak Haji? Bukankah kalau putriku sembuh aku bersedia untuk menikahkannya denganmu? Haji" Amirudin tersenyum penuh arif. Kapten Kong benar-benar seorang satria yang memegang janjinya. Diam-diam Haji Amirudin sangat kagum kepada Kapten Kong. "Tidak, tidak! Bukan itu yang kumaksud," kata Haji Amirudin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Katakan saja Pak Haji, segera! apa pun syaratnya yang kau minta akan kupenuhi," ujar Kapten Kong dengan penuh harap. "Aku dapat menyembuhkan putrimu, asalkan putri Tuan mau masuk Islam dan menjadi anak angkat saya," kata Haji Amirudin dengan mantap dan tenang. Seakan ada tenaga gaib yang menggerakkan hatinya, A Ho memohon kepada ayahnya untuk menyetujui persyaratan yang diminta oleh Haji Amirudin. Setelah mengislamkan A Ho, Haji Amirudin memulai pengobatan. Dengan izin Allah SWT, A Ho pun sembuh dan kemudian menjadi anak angkat Haji Amirudin. Haji Amirudin tidak hanya pandai di bidang pengobatan dan ilmu agama Islam, tetapi juga seorang yang memiliki ilmu silat yang cukup tinggi. A ho yang setelah memeluk agama Islam menjadi anak angkat Haji Amirudin berganti nama menjadi Miyak, diajari ilmu bela diri oleh ayah angkatnya. A Ho kini menjadi gadis yang pemberani dan mempunyai ilmu silat yang cukup tinggi.

Bersama-sama dengan Kapten Kong dan ayah angkatnya, Benteng Kuto Panji semakin terpelihara dan lebih ditakuti lawan. Karena itu, tidak mengherankan ketika Benteng Kuto Panji diserang oleh lanon (bajak laut), mereka dapat ditumpas habis oleh Kapten Kong bersama anak buahnya dengan dibantu putrinya, A Ho, dan Haji Amiruqin. Ternyata penyerangan lanon itu tidak berhenti sampai di situ. Kekalahan yang mereka terima tidak mambuat mereka jera untuk menguasai benteng. Diam-diam mereka membangun kekuatan serta mengatur strategi. Lalu pada suatu malam yang gelap semua anak buah Kapten Kong sedang tidur nyenyak, mereka kembali melakukan penyerangan dengan jumlah yang lebih basar. Karena serangan yang mendadak ilu, Kapten Kong menjadi panik. Pertempuran pun tidak dapat dielakkan.Dengan dibantu beberapa anak buahnya serta Haji Amirudin dan A Ho. Kapten Kong berjuang mati-matian mempertahankan benteng. Namun sayang, karena kekuatan tidak seimbang, akhimya Benteng Kuto Panji dapat dikuasai para bajak laut. Kini, Benteng Kuto Panji hanya tinggal puing-puing sebagai saksi bisu perjuangan Kapten Kong bersama A Ho dan Haji Amirudin menumpas lanon atau bajak laut.

Kesimpulan :
Cerita ini merupakan dongeng sejarah dari kejadian masa lampau di wilayah perairan Pulau Bangka. Tokoh cerita ini adalah Kapten Kong yang mempunyai putri bemama A Ho, seorang gadis Cina yang cantik jelita. A Ho menderita penyakit dan dapat diobati oleh Haji Amirudin. seorang tokoh agama Islam. Haji Amirudin dapat mengobati A Ho dengan satu syarat, yaitu A Ho mau masuk Islam dan menjadi anak angkatnya. Kapten Kong menyetujui peryaratan yang diajukan oleh Haji Amirudin. Dengan izin Allah SWT, A Ho pun sembuh. Putri A Ho menerima pelajaran ilmu silat dari ayah angkatnya. Haji Amirudin, dan membantu ayahnya mengusir para lanon atau bajak laut yang sering mengganggu dan ingin menguasai benteng.



sumber : // http://b371ny03.blogspot.co.id/2010/08/benteng-kuto-panji.html

Sejarah Benteng Kuto Panji di Kota Belinyu Bangka

KCB ke Kuto Panji Belinyu
Dalam perjalanan tour bersama Karimun Club Bangka Belitung (KCB) beberapa hari yang lalu, kami diajak oleh salah satu anggota Komunitas yaitu Om Hidayat ke Benteng Kuto Panji. Ini Pertama kalinya saya ke daerah ini walaupun sudah lama tinggal di Bangka. (hehehe, miris yah...). 
Om Hidayat menjelaskan ke Kami rombongan yang datang tersebut cerita dan historis benteng atau cagar budaya ini. Akan tetapi karena takjub akan daerah ini, jadi kurang fokus saya mendengarkan cerita beliau. Sehingga, dengan penasaran saya coba searching di google.co.id untuk mencari cerita dan sejarah benteng Kuto Panji ini. Dapatlah beberapa link mengenai cerita dari Benteng Kuto Panji ini. Salah satunya yang penulis copy di blog ini. Tulisan ini penulis ambil dari https://zonabangkabelitung.blogspot.co.id dengan maksud agar banyak yang mengetahui sejarah atau cerita di balik cagar budaya Benteng Kuto Panji ini banyak diketahui.
Reruntuhan di Benteng Kuto Panji

Sejarah Benteng Kuto Panji di Kota Belinyu Bangka

Benteng bongkap atau dikenal oleh masyarakat belinyu adalah BENTENG KUTO PANJI merupakan benteng yang didirikan oleh seorang pelarian Tiongkok, Bong Khiung Fu, lebih dari empat abad yang silam. Benteng Bongkap itu terletak di kampung Kusam, Kelurahan Kutopanji sekitar 2 Km dari pusat kota Belinyu, tepatnya berdekatan dengan bangunan baru yaitu SMK Yapenkos Belinyu.

Pada Benteng Kuto Panji juga terdapat cerita yang masih misteri kebenarannya. Diyakini menyimpan harta karun yang tak ternilai harganya, reruntuhan benteng ini juga dikenal sangat angker dan keramat. Cerita-cerita mengenai sebuah peti emas yang terbuka dengan aneka perhiasan berkilauan, tetapi setelah didekati tiba-tiba raib entah kemana. 

Asal muasal keberadaan benteng ini yang dituturkan oleh penjaga kelenteng Kutopanji, Con Kon Fo kepada lawang. Alkisah, seorang raja wilayah yang kikir dan bengis yang bernama Bong Khiung Fu yang memerintah di daerah Tibet. Selama pemerintahannya ia telah menyalahgunakan kekuasaan demi mengeruk kepentingan pribadi, antara lain dengan pemberlakuan pajak yang sangat tinggi sehingga menyebabkan rakyat semakin menderita. Hal ini ternyata diketahui oleh Maharaja Khian Lung yang bertahta di propinsi Fukkian setelah mengadakan perjalanan meninjau negeri-negeri kekuasaannya.

Awal terciumnya kebusukan Bong Khiung Fu ini bermula dari sebuah peristiwa besar yang dikenal dengan Thai Nau Ban Fa Leu atau Insiden Hotel Seribu Bunga, dimana sang Kaisar berontak hebat dengan putera angkat Bong Khiung Fu yang bernama Cok Hin. Dari peristiwa itulah akhirnya segala kejahatan Bong Khiung Fu mulai terungkap. Hal itu membuat kaisar Khian Lung marah besar. Sang kaisar kemudian berkata kepada pengawalnya untuk menangkap Bong Khiung Fu memutuskan untuk melarikan diri bersama para pengikutnya serta membawa putri kesayangannya yang bernama Bong Lili yang pada waktu berumur enam tahun dan penduduk yang dibohonginya dengan dalih mencari bahan makanan pokok ke Nanyang.

Dalam pelariannya, Bong Khiung Fu membawa semua harta kekayaannya dengan menggunakan tiga buah kapal layar besar dan tiga buah kapal layar kecil, ia singgah di Taiwan, Muangthai dan Semenanjung Malaya serta beberapa kali merapat di perairan Selat Gaspar dan Selat Sunda. Dan akhirnya dia merapat di pelabuhan Karanglintang yang terletak di hulu Sungai Desa Kutopanji Belinyu.

Sejak itulah Bong Khiung Fu berniat untuk mendirikan tempat tinggal di utara Pulau Bangka yang aman bagi rombongannya. Nasehat Chi Kung agar mereka menetap di Sunda Kelapa ditolaknya, karena menurutnya sebagai buronan sudah semestinya mereka menyembunyikan diri di daerah kecil agar susah dilacak orang-orang dari Kerajaan Chin. Pada saat itu Pulau Bangka termasuk wilayah kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin.

Atas izin dari Sultan Mahmud, akhirnya Bong Khiung Fu menetap di Kutopanji dan mendirikan sebuah benteng yang megah dan indah. Benteng itu dikerjakan kurang 149 minggu. Benteng ini mempunyai sembilan buah ruangan di dalamnya dan delapan belas sumur serta mempunyai pintu gerbang-pintu gerbang yang menghadap ke Timur Laut.

Bong Khiung Fu bergelar Kapitan Bong atau Bongkap. Dia memulai usahanya dengan membuka tambang timah, perkebunan karet dan lada yang amat luas dengan memperkerjakan banyak kuli yang didatangkan dari Pulau Jawa.

Kekuasaan Bong Khiung Fu mengalami keruntuhan sekitar akhir abad ke 17. Para bajak laut yang berasal dari Pulau Philipina, mendengar di Pulau Bangka ada seorang hartawan yang memiliki kekayaan berlimpah ruah dan melakukan penyerangan ketika Bongkap dan anak buahnya sedang berada di Malaysia untuk menjual hasil timah dan lada. Namun penyerangan itu gagal setelah salah seorang kapten para perampok tewas ditimpa buah bakau ketika kapal mereka hendak mengepung Pelabuhan Karanglintang yang dipenuhi tumbuhan bakau.

Kejadian itu menyebabkan Sang Puteri Bong Khiung Fu nekat melakukan bunuh diri terjun ke dalam salah satu sumur, setelah membuang harta kekayaan mereka ke dalam sumur yang lain, karena takut ditangkap, dianiaya, dan diperkosa oleh para Lanun. Sejak kejadian itu pula Bongkap yang semula kikir menjadi orang yang dermawan. Namun kondisi kesehatannya menurun drastis dan mulai sakit-sakitan serta suka menyendiri.

Bong Khiung Fu akhirnya wafat di Malaysia pada tahun ke 59 jaman pemerintahan kaisar Khian Lung di daratan Tiongkok. Bongkap dikenal sebagai seorang pejabat yang baik hati di Tiongkok. Dia melarikan diri ke Nusantara karena menolak membayar upeti berlebihan yang diwajibkan kaisar yang zalim, kepada rakyatnya.

Sampai hari ini sisa reuntuhan benteng tua itu memang masih berdiri sunyi dalam kepekaan kabut misteri yang tak terjawab. Berdiri dalam kesepian dan keterasingan menunggu diambrukkan oleh waktu. Untuk menghargai jasa-jasa Bongkap, dibuatlah sebuah makam di dalam benteng ini. Bongkap memiliki seorang perwira tinggi yang berasal dari Muangthai dan dia adalah seorang mualafyang bernama Siaw Nyuk Chan. Menurut penjaga kelenteng Kutopanji adalah seorang peramal dari Bangkok yang mengikuti Bongkap melarikan diri ke Nanyang.

Ketika dalam perjalanan menuju Nanyang mereka diserang badai yang hebat di Laut Cina Selatan yang menyebabkan kapal mereka nyaris tenggelam. Kemudian Nyuk Chan mengeluarkan sepasang pusaka warisan leluhur yang berupa sebilah keris Thai dari pedang China. Setelah itu Nyuk Chan mengangkat kedua senjatanya ke langit dan membaca mantra akhirnya angin dan ombak langsung reda sehingga kapal mereka melanjutkan perjalanan kembali. Sejak peristiwa itulah Bongkap mengangkatnya menjadi tangan kanannya.

Tidak jauh dari reruntuhan Bongkap ini terdapat sebuah kelenteng kecil yang didirikan oleh Bong Khiung Fu sendiri. Di dalam kelenteng ini terdapat sepasang patung dewa Thai Pak Kung yang di bawahnya dari daratan Tiongkok. Di samping kelenteng ini juga terdapat sebuah sumur tua peninggalan Bongkap yang menjadi sumber air bagi penduduk di sekitar kelenteng. Sumur ini tidak pernah kering airmya walaupun pada musim kemarau panjang. 
KCB depan Kelenteng daerah Cagar Budaya Benteng Kuto Panji



sumber : https://zonabangkabelitung.blogspot.co.id

Rabu, 21 September 2016

Eksplorasi Keindahan Utara Bangka (BELINYU) bersama KCB

KCB Trip Belinyu
Dalam rangka menjalin silaturahmi sesama anggota, Karimun Club Pengda Bangka Belitung (KCB) mengadakan kegiatan jalan-jalan bersama anggota ke Belinyu. Kegiatan ini merupakan program rutin yang menjadi agenda kegiatan KCB. Belinyu menjadi tempat kumpul-kumpul pada kesempatan kali ini karena ingin memanjakan anggota dengan keindahan wisata Belinyu yang merupakan wilayah Utara pulau Bangka sekaligus untuk memperkenalkan anggota baru KCB yang domisili di Belinyu.

Rombongan yang terdiri dari anggota yang berdomisili di Pangkalpinang dan Sungailiat tiba di Belinyu pukul 10.00 WIB dan langsung diarahkan dari Koordidator Belinyu Om DayatKCB ke daerah pertama yang menjadi kunjungan KCB yaitu Daerah Wisata Pha Khak Liang. Di sini dilakukan penyerahan Seragam KC kepada Om Dayat. “Terimakasih kepada Suzuki Karimun karena telah membantu saya menambah saudara di Bangka Belitung” ujar beliau disela-sela penyerahan seragam Karimun tersebut. Di lokasi wisata ini kemudian dilanjutkan dengan memberi makan ikan-ikan yang hidup di Danau sambil beristirahat di bangunan yang berada ditengah-tengah danau tersebut.
Penyerahan Seragam KC ke Om Hidayat KCB
KCB di Pha Kak Liang
Ditengah danau Pha Kak Liang sambil memberi makan ikan
 
Setelah beristirahat sebentar perjalanan dilanjutkan kembali ke Cagar Budaya Benteng Kuto Panji. Om Dayat yang merupakan salah satu guru di SMK di Belinyu menjelaskan dengan detail historis dari cagar budaya ini. Sebagian anngota yang belum mengetahui Cagar Budaya ini sangat antusias mendengarkan penjelasan dari beliau. Dari Cagar Budaya Kuto Panji perjalanan dilanjutkan kembali ke Objek Wisata Batu Dinding. 
Benteng Kuto Panji Cagar Budaya di Belinyu
Depan Klenteng daerah Cagar Budaya Kuto Panji
 
Kelelahan di perjalanan terobati dengan melihat keindahan tempat wisata ini. Batu-batu besar, pohon-pohon yang terawat rapi menjadi ciri khas daerah ini. Pemilik sekaligus pengelola wisata ini menjelaskan nama-nama batu yang berbentuk unik seperti batu Kodok, Batu Pari, Batu Hidung dan icon wisata itu sendiri yaitu Batu Dinding yang memiliki dimensi paling besar. 
Batu Dinding Belinyu
Batu Dinding Belinyu
 
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Pelabuhan Belinyu untuk istirahat dan Sholat Dzuhur. Setelah melaksanakan Sholat, perjalanan kemudian dilanjutkan ke daerah Pantai Lepar dan ke depan MAKO TNI AL BABEL.
Depan MAKO TNI AL BABEL Belinyu 
Kakak Azwa di Depan MAKO TNI AL BABEL Belinyu
 
 
Mengingat sudah mendekati waktu makan siang, perjalanan dilanjutkan lagi ke Pantai Penyusuk sekaligus persiapan menuju ke Pulau Putri. Sesampai di Pantai Penyusuk rombongan langsung mencari tempat istirahat untuk makan siang. Kuliner khas Belinyu yaitu Otak-Otak menjadi makanan pembuka yang langsung disantap dengan lahap oleh rombongan KCB . Untuk makan siang seperti tradisi di Touring KCB yang lalu masih menggunakan tradisi potluck yaitu masing-masing anggota membawa sendiri makanan dan dibagikan dengan anggota yang lain atau saling tukar menu makanan. Berbagai macam menu yang dibawa anggota KCB yang mana sudah disiapkan oleh mama-mama KCB seperti Tempe Bacem, "lempah kuning", lalapan, semur ayam, dan tidak lupa sambal "belacan".
Potluck KCB di Pantai Penyusuk
 
Kegiatan ini juga mendapat support dan perhatian oleh PT. Jagorawi Motor. Melalui Marketing PT JM Om Pompi menyampaikan bahwa Ibu Selly sangat mendukung semua kegiatan komunitas yang bersifat positif. Harapannya dengan bertambah banyaknya kegiatan intern komunitas maka komunitas akan bertambah besar dan image terhadap brand-brand Suzuki juga akan positif dan semakin kuat.   
 
Diakhir perjalanan Trip ke Belinyu ini rombongan KCB menuju ke pusat oleh-oleh Belinyu untuk mebeli oleh-oleh khas Belinyu seperti getas, kerupuk udang dan kemplang panggang. “Terimakasih KCB yang sudah membantu mengenalkan tempat wisata-wisata yang indah kepada kami sekeluarga,” ujar Ntee Ayu yang merupakan keluarga KCB dari Semarang. 
Barisan antrian KCB menuju sungailiat

“Agenda untuk ke setiap wilayah Bangka-Belitung memang menjadi salah satu kegiatan KCB. Disamping untuk menambah keakraban sesama anggota, kegiatan touring ke wilayah-wilayah sekaligus memperkenalkan keindahan wisata di Bangka Belitung ke anggota KCB khususnya dan seluruh anggota KCI se indonesia. Karena setiap kegiatan yang dlakukan di Pengda Bangka Belitung akan dilaporkan ke KCI Pusat,” ujar Om Andri. Hampir semua anggota sangat antusias dengan kegiatan ini, bahkan beberapa anggota sudah merencanakan akan touring ke Pulau Jawa dengan menggunakan Karimun. Dalam waktu dekat ini kita mungkin akan merencanakan perjalanan ke Belitung, tutup Om Andri di akhir kegiatan ini.
Selamat Jalan Belinyu
Barisan antrian KCB menuju sungailiat

KARIMUN, SMALL CAR BIG FUN BIG FAMILY